Wednesday, March 21, 2012

CARA MUDAH MENGHITUNG TITIK IMPAS


Secara sederhana analisa titik impas, atau biasa dikenal dengan istilah BEP (Break Even Point), adalah salah satu cara penghitungan untuk mengetahui berapa volume atau omset penjualan minimal yang harus dicapai agar usaha tidak merugi.

Untuk mudahnya, kita praktekkan analisa BEP ini dalam studi kasus sederhana berikut: Pak Mat mempunyai usaha soto Madura. Harga per mangkuk soto: Rp. 10.000,-. Sedangkan biaya produksi per mangkuk soto: Rp. 6.000,-. Untuk menjalankan usahanya, Pak Mat menyewa stand dekat terminal dengan biaya sewa sebesar Rp. 600.000,- per bulan. Pertanyaan: berapa mangkuk soto yang harus dijual oleh Pak Mat dalam satu bulan agar bisa menutupi biaya sewa?

Untuk menutupi biaya sewa, Pak Mat harus bisa menghasilkan keuntungan dalam satu bulan minimal sama dengan biaya sewa, yakni Rp. 600.000. Laba per mangkuk soto adalah harga jual – biaya produksi, atau Rp. 10.000 – Rp. 6.000 = Rp. 4.000,- Dengan demikian minimal omset yang harus bisa dicapai oleh Pak Mat adalah biaya sewa / laba per mangkuk = Rp. 600.000 / Rp. 4.000 = 150 mangkuk per bulan.

Jadi agar mampu membayar biaya sewa, Pak Mat harus bisa menjual minimal sebanyak 150 mangkuk soto per bulan, atau penjualan senilai Rp. 10.000 x 150 mangkuk = Rp. 1.500.000. Dengan menjual sebanyak 150 mangkuk soto, Pak Mat tidak akan menderita rugi, namun juga tidak mendapatkan keuntungan. Ini yang disebut dengan impas atau BEP. Untuk mendapatkan keuntungan, Pak Mat harus bisa menjual lebih dari 150 mangkuk soto, atau omset lebih dari Rp. 1.500.000 per bulan.

Manfaat terutama dari analisa titik impas atau BEP: mengetahui berapa penjualan minimal yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar tidak rugi.

Mari kita kembangkan studi kasus Pak Mat di atas. Selain membayar sewa stand, Pak Mat juga harus membayar biaya listrik, Rp. 50.000 per bulan, menggaji karyawan, Rp. 500.000 per bulan dan iuran kebersihan, Rp. 10.000 per bulan. Berapa jumlah mangkuk soto atau omset minimal yang harus dicapai oleh Pak Mat agar ia bisa membayar semua biaya di atas?

Pertama-tama kita harus menghitung berapa biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh Pak Mat setiap bulannya: biaya sewa (Rp. 600.000) + biaya listrik (Rp. 50.000) + biaya gaji karyawan (Rp. 500.000) + iuran kebersihan (Rp. 10.000) = Rp. 1.160.000,-. Karena biaya ini selalu muncul setiap bulan, maka disebut dengan biaya tetap.

Berikutnya, kita harus mengetahui berapa keuntungan kotor per mangkuk soto, yaitu harga – biaya produksi = Rp. 10.000 – Rp. 6.000 = Rp. 4.000.

Jumlah penjualan untuk mencapai titik impas dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan keuntungan per mangkuk soto: Rp. 1.160.000 / Rp. 4.000 = 290 mangkuk soto. Dengan menjual 290 mangkuk soto, Pak Mat dapat membayar semua biaya dan tidak mengalami kerugian, namun juga tidak untung, alias impas. Agar untung, Pak Mat harus bisa menjual lebih dari 290 mangkuk soto, atau meraih omset Rp. 2.900.000,- per bulan
.
Jika biaya sewa naik, menjadi Rp. 720.000, sehingga total biaya tetap per bulan menjadi Rp. 1.280.000,- maka dengan menggunakan analisa yang sama, Pak Mat harus bisa menjual 320 mangkuk soto atau omset Rp. 3.200.000,- per bulan.

Ada dua cara yang bisa dilakukan oleh Pak Mat, yaitu meningkatkan jumlah penjualan mangkuk soto atau menaikkan harga jual. Analisa titik impas memberi sinyal kepada Pak Mat untuk segera melakukan strategi penjualan baru agar keuntungannya tidak tergerogoti oleh kenaikan biaya tetap tersebut.

Manfaat ke dua dari analisa titik impas atau BEP: mengontrol biaya tetap perusahaan dan menyesuaikan rencana-rencana penjualan agar perusahaan tidak merugi.

Mari kita kembangkan lagi studi kasus Pak Mat ini. Ternyata terjadi kenaikan harga-harga bahan pokok, seperti beras, daging sapi dan bumbu masak, sehingga biaya produksi per mangkuk soto yang semula sebesar Rp. 6.000,- naik menjadi Rp. 6.800,-. Biaya produksi per mangkuk soto ini disebut dengan biaya variabel, karena bersifat proporsional sejalan dengan volume penjualan. Keuntungan kotor per mangkuk soto yang semula Rp. 4.000,- pun turun menjadi hanya Rp. 3.200,-

Maka titik impas penjualan soto Pak Mat adalah Rp. 1.280.000,- / Rp. 3.200 = 400 mangkuk soto atau omset sebesar Rp. 4.000.000,- Dalam hal ini, Pak Mat dapat memilih apakah ia berusaha ekstra agar bisa meningkatkan volume penjualannya, menjadi 400 mangkuk soto. Atau, jika itu dirasa terlalu sulit, ia dapat menaikkan harga jual sedemikian rupa agar bisa mencapai omset penjualan sebesar Rp. 4.000.000,-

Manfat ke tiga dari analisa titik impas atau BEP: mengontrol biaya variable perusahaan dan menyesuaikan rencana-rencana penjualan agar perusahaan tidak merugi.

Semakin kompleks struktur biaya suatu perusahaan, maka semakin rumit cara penghitungan titik impas. Yang penting untuk dipahami adalah bagaimana anda bisa membedakan biaya berdasarkan perilakunya; yaitu biaya tetap dan biaya variable. Dengan mengetahui macam-macam biaya ini anda bisa melakukan analisa titik impas dengan hasil yang dapat diandalkan.

Cobalah menggunakan cara sederhana di atas untuk menghitung titik impas dan menerapkannya dalam usaha anda. Anda dapat mengirimkan pertanyaan atau diskusi pada penulis di alamat kontak yang tercantum di bagian artikel ini. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat bagi bisnis anda. (wirausahaindonesia.com)

Selamat berbisnis

Klik pada tulisan untuk membaca tips-tips praktis berikut:


  1. Tips Merawat Sofa Agar Tetap Cantik
  2. Tips Memilih Furniture untuk Ruang Minimalis
  3. Tips Merawat Furniture Antik
  4. Tips Merawat Meubel Jati