Rotan digunakan industri sebagai material untuk anyaman. Sebab itulah,
banyak mebel atau kursi rotan dibuat dengan desain anyaman. Hal itu
berlangsung lama—sekan-akan rotan hanya dapat diolah dan diproduksi
dalam bentuk anyaman. Sesungguhnya tidak demikian. Material rotan mudah
ditemui di Indonesia. Karakternya yang kuat, fleksibel dan berkelanjutan
(sustainable) membuatnya bagus saat dianyam.
Produk anyaman dianggap salah satu karakter kuat dari Indonesia. Belum
lagi, keberadaan pengrajin anyaman yang menjamur, terutama di daerah
Jawa, membuat kerajinan ini sempat populer dalam kurung waktu lama.
Diskusi “The Future of Rattan” yang diadakan di Galeri
Alun-Alun, Grand Indonesia, pada Rabu (23/05), Kurt Schuetz (CEO of AIDA
Rattan Furniture - Cirebon) mengungkapkan, popularitas rotan sedang
menurun. “Pada 1970-an hingga 1980an, rotan sangat populer dan ada
dimana-mana. Lalu 1990-an, semua mulai berubah, dan rotan tidak lagi
mendapat perhatian,” ujar Schuetz.
Alvin Tjitrowirjo (Award Winning Product Designer), menanggapi
bahwa, sebenarnya masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk menaikkan
popularitas rotan, salah satunya melalui inovasi desain. “Banyak banget
yang bisa dieksplorasi dari segi desain, proses manufacturing juga
bisa, yang biasanya dianyam diubah dengan cara dililit misalnya, ”jelas
Alvin.
Popularitas rotan sebagai produk anyaman, dianggap timbul karena
kebiasaan. “Dari dulu sudah dianyam, laku dan dikenal seperti itu.
Makanya, mereka menganyam terus. Padahal seharusnya nggak mesti dianyam.
Kalau dari segi desain, material ini-- selain dianyam bisa diapain
lagi? Disitulah tugas para desainer untuk menjawab,” imbuh Alvin.
Dilihat dari sisi industry, Schuetz mengaku, rotan sangat buruk
keberadaannya terutama di Eropa. Hal tersebut terjadi-- karena faktor
ketersediaan material, manufaktur, hingga persaingan harga. Schuetz
mencontohkan, hanya dengan 60 Euro, orang bisa memperoleh satu set mebel
rotan. “Mungkin inilah yang membuat rotan dianggap sebagai material
murah, ”ujar Schuetz.
Schuetz menyadari masih banyak tugas yang dilakukan untuk menaikkan
kembali popularitas mebel rotan. Karena itu PT. AIDA Rattan Industry,
hingga saat ini terus memproduksi mebel rotan dengan terobosan baru.
Pengembangan desainnya, AIDA Rattan melibatkan para desainer mebel
internasional seperti Jan Armgardt dan Luigi Colani, termasuk
desainer-desainer dari Indonesia; Yos Theobrata, Leo Theosabrata, dan
Alvin Tjitrowirjo.
“Di dunia desain sekarang, ada beberapa desainer yang sudah mulai
mengeksplorasi rotan. Dan produk mereka itu mahal. Namun itu masih
sedikit. Saya harap 5-10 tahun ke depan bisa lebih banyak, tapi
desain-desainnya tidak generik,” pesan Alvin menutup diskusi.
Source: satulingkar.com